Semerbak Bunga di Bandung Raya, ketemunya di Jogja

Aldo Zirsov
4 min readJul 10, 2022

--

Berakhir sudah pencarian panjang buku ini. Sungguh suatu kebetulan yang aneh. Buku tentang Bandung tapi saya menemukannya di Jogja.

Lebaran di Jogja tahun 2010 ini semacam ‘mestakung’ yang mempertemukan saya dengan buku ini. Tanpa planning apapun untuk berlibur atau jalan-jalan serta agenda resmi lebaran tahun ini, boleh dibilang saya hanya pindah tidur saja ke Jogja. Bukannya Jogja tak menarik, tapi hampir semua tempat wisata sudah saya kunjungi, berulang kali malah.

Skedul akhirnya terisi dengan bertemu dengan teman-teman dan kenalan disana, ngobrol ngalor ngidul, bahkan sejak hari pertama Lebaran, saya sudah berkunjung ke rumah teman yang selama ini hanya saya kenal via dunia maya, tetapi sudah sering bertukar dan berkirim buku.

Hari kedua Lebaran (Sabtu), saya isi dengan mengunjungi Taman Pintar di lokasi bekas pasar shopping. Setelah berjalan kaki, berawal dari stasiun tugu, sepanjang malioboro yang penuh sesak masa libur lebaran ini, sampai di pojokan benteng Vrederburg, hujanpun turun. Terpaksa niat mulia bermain di taman pintar bersama ratusan anak-anak tertunda, karena tidak ada program bermain hujan bersama…:p

Saya mengungsi sekaligus berteduh di deretan bangunan ruko yang merupakan pindahan lapak-lapak buku lama shopping, yang menempel di sisi timur Taman Pintar. Sayangnya, di hari kedua lebaran hanya ada sekitar belasan toko yang buka dari sekitar seratusan pedagang buku yang tiap hari mangkal disana. Bahkan beberapa pedagang yang buka, malah bersiap-siap menutup tokonya ketika hujan mulai turun. Pedagang di lantai 2 malah tidak ada yang buka sama sekali.

Akhirnya setelah berputar-putar mengenali medan dan situasi serta lokasi yang sama sekali baru dan pertama kali saya kunjungi pasca pemindahan. (bangunan itu selesai dan mulai ditempati tahun 2005), akhirnya saya hanya duduk termenung disana sambil bercengkerama dengan beberapa pedagang dan pengunjung yang bernasib sama, menunggu hujan berhenti.

Hari-hari berikutnya, saya malah tidak sempat berkunjung lagi, terlebih karena faktor cuaca yang kurang bersahabat. Pada hari terakhir berlebaran ke Jogja (Rabu), sambil berniat mencoba angkutan Trans Jogja, saya menyempatkan diri untuk keluar rumah sebelum malam hari keberangkatan dengan kereta menuju Jakarta.

Dari kediaman saya di wilayah Kwarasan Jalan Raya Godean, saya naik bus kota jalur 15 yang membawa saya ke arah Tugu Jogja. Seharusnya saya berpindah jalur ke Trans di kawasan UGM, tapi pesona kampus UGM mengurungkan niat saya untuk pindah, malah menikmati putar keliling kampus dengan bus yang sama. Akhirnya bus kembali ke rutenya dengan berlawanan arah dari pusat kota menuju wilayah Godean. Saya pikir kapan lagi jalan-jalan dengan bus kota sembari melihati pinggiran kota Jogja dengan bus, apalagi setelah tanya keneknya, ternyata bus ini lewat persimpangan Bank Indonesia, Kantor Pos dan Jalan Maliobro nantinya.

Saya turun di persimpangan itu setelah menikmati 1,5 jam perjalanan keliling wilayah barat pinggiran Jogja. Tujuan jelas terpampang di kepala, “ke shopping center untuk liat-liat buku, Taman Pintar lain waktu”.

Saya menuju ke lokasi dengan melewati tempat bermain tersebut dan entah kenapa, kaki langsung membawa saya ke toko yang berada di lantai paling bawah, sisi kanan tangga menuju ke lantai dua, toko yang berada di bagian paling belakang, bersebelahan langsung dengan dinding taman pintar tersebut.

Hanya melihat sekilas ke tebaran buku yang bergeletakan di lantai, saya langsung memutar badan melihat ke rak kayu yang menempel ke tangga. Pandangan mata saya langsung tertuju kepada satu buku tebal bewarna hijau yang terletak di rak sejajar pandangan mata, paling bawah tertumpuk kumpulan buku-buku teks kuliah dan bahan ajar foto kopian.

Sempat pesimis dalam hati pertama kali melihat buku hijau di tumpukan paling bawah. Dalam hati saya berkata, jangan senang dulu, ingat pengalaman di Palasari Bandung dan kawasan Senen Jakarta. Ya dulu saya sempat begitu girang melihat buku tebal bewarna hijau tersebut di lapak buku Palasari dan kawasan Senen. Setelah dipegang dan dilihat isinya ternyata hasil foto kopian walau dengan cover yang cukup bagus, dan yang lebih kesalnya lagi, ditawarkan dengan harga yang sangat tinggi untuk sebuah buku kopian, dengan alasan standar, ini buku sudah langka nih dan susah dicari.

Setelah memindahkan tumpukan atas buku-buku teks pelajaran kuliah dan kopian ke sisi rak sebelah kiri, akhirnya buku itu saya pegang. Sedikit gemetar, saya buka beberapa halaman depan, dan Masya Allah….., ini buku asli, genuine, original, whatever you name it.

Saya langsung pasang mimik muka tidak mupeng atau terlihat girang untuk mencegah euporia berlebihan menemukan buku yang sudah lama menjadi incaran banyak orang. Akhirnya bertanya kepada penjual bukunya, yang kebetulan ibu-ibu ditemani kedua anak perempuannya, berapa harga buku tersebut. Sang anak menyebut suatu angka dalam rupiah yang menurut perhitungan saya sangat murah untuk ukuran buku langka dan sudah susah dicari, bahkan tanpa menawarpun sebenarnya saya rela membayar harga yang disebutkan sang anak tadi.

Tapi naluri orang Padang saya berkata, kamu harus tetap menawar, demi kepuasan berbelanja. Akhirnya saya cuma bilang, (tepatnya ngeles sih) “wah mahal nih harganya”. Anak perempuan penjaga toko itu hanya berucap, “Mas nawarnya berapa?” . Terus saya tawar setengah harga lebih sedikit dari harga perdana. Si anak turun banyak, tapi saya keukeuh dengan harga penawaran saya. Kemudian si anak cuma bilang, “tambahin dikitlah”. Nah kalimat “tambahin dikitlah” itu sudah tanda-tanda bahwa kesepakatan nyaris tercapai. Akhirnya saya naikin sedikit penawaran saya, dan si anak mengangguk setuju.

BUNGKUUUUSSSS…..!!!

Kalo boleh saat itu saya mau melompat girang dan berteriak teriak “Horey Horey” ala Tasya (tidak tahu malu maksudnya), pasti sudah saya lakukan. Dalam hati saya berkata, cukup sudah hunting buku hari ini, cukup satu buku saja karena sudah sebuah “masterpiece” yang saya dapatkan, tapi karena ini adalah tempat pertama, dan saya belum keliling ke lantai atas, akhirnya hunting buku itu berlanjut 2 jam ke depan dengan tambahan beberapa buku menarik yang berhasil saya temukan.

Betapa suatu kebetulan yang menyenangkan…!!
I love zogza..zogza…:))

--

--

Aldo Zirsov
Aldo Zirsov

Written by Aldo Zirsov

A wanderer, solitude man with strange minds

No responses yet